SALIB BENEDIKTUS TERGANTUNG DI DINDING PANTI IMAM GEREJA SANTA MARIA IMAKULATA
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Saat kita masuk ke dalam Gereja Santa Maria Imakulata, maka yang paling pertama akan menarik perhatian mata kita adalah Salib Benediktus yang tergantung di dinding Panti Imam. Salib berukuran cukup besar serasa mendominasi Panti Imam dan memancarkan karisma tersendiri. Mengapa Salib Benediktus?
Gereja Paroki Trinitas menyimpan kenangan indah kunjungan Bapa Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia di tahun 1989. Pada saat hendak menyelenggarakan Misa Kudus di Stadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung Karno), Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mencari salib yang lumayan besar yang mungkin dimiliki oleh salah satu Paroki di KAJ. Pada waktu itu, gereja Trinitas sedang dalam tahap pembangunan dan memang memerlukan salib untuk nantinya ditempatkan di Panti Imam. Singkat cerita, KAJ menyerahkan pengadaan salib itu kepada Paroki Trinitas, Cengkareng yang kemudian mulai mempersiapkannya. Salib yang mengambil bentuk dari tongkat kegembalaan Bapa Paus Yohanes Paulus II ini diberkati langsung oleh Bapa Paus sendiri saat memimpin Misa Kudus pada 09 Oktober 1989.
Mengingat kenangan akan Salib Trinitas itulah maka para Romo Paroki bersepakat dengan Dewan Paroki dan PPG Sta. Maria Imakulata untuk menetapkan Salib Benediktus sebagai salib di Panti Imam Gereja Sta. Maria Imakulata. Selain sesuai dengan nama gembala yang dipilih oleh Bapa Paus yang sekarang, Paus Benediktus XVI, salib ini juga memiliki latar belakang sejarah yang mengagumkan.
Salib Benediktus adalah Salib dengan Kristus yang tergantung padanya (Corpus Christi) yang memiliki latarbelakang Medali St. Benediktus, seorang Rahib yang lahir di Italia pada tahun 480 dan wafat di tahun 547. Selama hidupnya, St. Benediktus dikenal banyak melakukan mukjizat, memiliki devosi yang kuat pada Salib Kristus, dan melakukan banyak mukjizat lewat Tanda Salib yang dibuatnya.
St. Benediktus yang tak kenal lelah mewartakan Sabda Kristus memiliki banyak pengikut. Pada waktu yang sama, iblis selalu mencoba menggodanya lewat orang-orang di sekitarnya. Sekelompok orang yang tak menyukai pewartaannya mencoba membunuhnya lewat racun yang ditaruh dalam anggur yang akan diminumnya. Saat St. Benediktus memberkati makanan yang hendak disantapnya itu dengan Tanda Salib, tiba-tiba gelas anggur beracun itu pecah berantakan. Banyak mukjizat yang dilakukannya selama hidupnya tak lepas dari imannya yang kuat akan Salib Kristus.
Bagian depan dari Medali St. Benediktus adalah gambar diri dari Santo tersebut yang sedang memegang Salib Kristus di tangan kanannya dan Buku Aturan Hidup di tangan kirinya. Disebelah kanannya tampak gambar gelas dengan anggur beracun yang pecah saat ia memberkatinya dengan Tanda Salib. Di bagian kirinya tergambar sebongkah roti beracun yang dibawa pergi oleh seekor burung gagak – suatu tanda kelepasan Santo Benediktus atas percobaan pembunuhannya lewat racun yang ditaruh di dalam roti.
Gambar Santo Benediktus dilingkari dengan tulisan dalam Bahasa Latin: “Eius in obitu nostroprasentia muniamur!” atau dalam Bahasa Indonesia berarti “Semoga kita dikuatkan dengan kehadiranNya di saat kematian kita.” Di bawah kaki Santo Benediktus ada tertulis dalam Bahasa Latin: “ex SM Casino MDCCCLXXX” yang berarti “Dari Monte Cassino yang kudus, 1880”. Medali Santo Benediktus memang pertama kali dibuat di tahun 1880 untuk memperingati ulang tahun St. Benediktus yang ke-1.400.
Tampak depan medali St. Benediktus ini tidak terlihat di bagian muka dari Salib, karena memang biasanya tampak depan medali diletakkan di belakang Salib. Yang terpampang di bagian muka dari Salib justru adalah tampak belakang dari medali St. Benediktus yang sebenarnya merupakan rumusan doa kuat kuasa terhadap serangan dan godaan si jahat.
Huruf “C.S.P.B” yang ada di pinggir kanan dan kiri salib adalah Bahasa Latin dari “Crux S. Patris Benedicti” – “Salib dari Bapa Suci kita, Benediktus”.
Huruf “C.S.S.M.L” yang tertulis di batang vertikal salib adalah Bahasa Latin dari “Crux Sacra Sit Mihi Lux” – “Salib Suci jadilah penerangku”
Huruf “N.D.S.M.D” pada batang salib horisontal adalah Bahasa Latin dari “Non Draco Sit Mihi Dux” – “Pemimpinku bukanlah si jahat”.
Lalu kita membaca huruf-huruf selanjutnya yang mengitari salib yang kesemuanya berasal dari Bahasa Latin:
Di atas salib tertulis “PAX” – “Damai”.
Mulailah membaca seturut perputaran arah jarum jam, yaitu dari kanan ke kiri:
“V.R.S.” – “Vade Retro Satana” – “Mundurlah, hai iblis”.
“N.S.M.V.” – “Numquam Suade Mibi Vana” – “Jangan biarkan aku tergoda dengan kesombonganmu (iblis)”.
“S.M.Q.L.” – “Sunt Mala Quae Libas” – “Kejahatan adalah minumanmu (iblis)” (yang engkau tawarkan padaku adalah jahat.)
“I.V.B.” – Ipse Venena Bibas” – “Minumlah sendiri racun itu.”
Salib St. Benediktus biasanya dibawa dalam saku atau dikenakan di leher. Ada juga kebiasaan sementara orang beriman untuk meletakkan Salib St. Benediktus pada saat mereka hendak membangun pondasi rumah atau gedung, menaruh Salib ini di dalam mobil untuk menjadi berkat Tuhan dan perlindungan dari St. Benediktus sendiri. Dengan mengenakan Salib Benediktus, seseorang telah berdoa dalam hening untuk kedamaian dan penolakan terhadap godaan si jahat.
St. Benediktus memiliki kecintaan besar terhadap Salib yang dikatakan Beliau sebagai simbol imannya akan Tuhan Yesus dan Roh Kudus, devosinya terhadap kekristenan, dan panggilannya yang menyala-nyala untuk membawa terang dan Roh Tuhan kepada semua orang yang ditemuinya. Baginya, Salib Yesus adalah symbol dari jalan hidup Yesus Kristus saat Ia berjalan bersama kita dalam rupa manusia di dunia ini, kematian ego diri dan kelahiran kembali/kebangkitan dari Roh Tuhan.
St. Benediktus menggunakan Salib untuk mengusir si jahat dan melepaskan orang yang kerasukan. Salib St. Benediktus menjadi pengingat terus-menerus bagi umat Kristiani untuk menolak godaan si jahat, berjuang untuk terus menjadi suci, terus berbelas kasih dan berkeadilan terhadap sesama. Salib St. Benediktus menjadi pengingat kita akan panggilan Yesus Kristus untuk memanggul salib dan mengikuti Dia dalam jalan cinta, belas kasih, dan persatuan. (disusun dengan bantuan berbagai sumber situs St. Benediktus)
(Sumber tulisan: Buku Kenangan Pembangunan Gereja Santa Maria Imakulata, Panitia Peresmian dan Pemberkatan Gereja Santa Maria Imakulata, 2012)