Pandangan Gereja Katolik Tentang Valentine’s Day
Oleh Angela Limawan, berdasarkan wawancara dengan Romo Alya Denny Haloho, OMI.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Valentine’s Day. Kalau kalian dengar dua kata ini, apa yang kalian pikirkan ? Hari kasih sayang, coklat, pacar, kata-kata indah dan romantis untuk pasangan atau keluarga, atau bahkan sedih karena masih jomblo ? Pastinya banyak hal yang terpikir ketika hari raya kasih sayang yang setiap tanggal 14 Februari ini kita rayakan.
Tapi dibalik euphoria gemerlapnya hari cinta ini sebenarnya kalian tahu tidak sejarah dari Valentine’s Day sendiri? Memang pastinya sudah banyak pembahasan diberbagai platform tentang sejarah dari Valentine’s Day ini sampai masuknya perayaan ini ke Indonesia. Tapi buat kita yang merupakan umat gereja Katolik, apa sebenarnya makna dari Valentine’s Day yang mungkin diantara kita tidak pernah absen merayakannya?
Sebenarnya bolehkah kita merayakan Valentine’s Day? Karena salah satu sejarah juga mengatakan bahwa Valentine’s Day berasal dari Lupercellia, suatu peristiwa mengerikan yang pernah terjadi di Roma,Italia. Lho kok bisa jadi Hari Kasih Sayang sekarang?
Kita bahas dari awal berbagai versi mengenai Valentain’s Day ini dan diakhir kalian bisa menafsirkan sendiri bagaimana pandangan gereja Katolik terkait Valentine’s Day serta ritual yang dilakukan umatnya.
Dua Fase Sejarah Munculnya Hari Kasih Sayang.
Fase pertama yang dipercaya banyak sejarahwan munculnya hari kasih sayang ini ada pada abad ke-3 sebelum Masehi dimana sebuah bangsa Romawi Kuno yang kala itu menganut agama Pagan, menjadi penguasa saat itu. Paganism sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul dan dipercaya dalam komunitas Kristen di Eropa.
Dalam kepercayaan Paganism inilah ada satu hari raya yang dirayakan setiap tahun bagi umat Pagan yaitu Festival Lupercellia. Festival ini dirayakan tepat setiap tanggal 15 Februari dimana masyarakat menyambut beberapa hal. Antara lain datangnya musim semi, melawan roh-roh jahat, menyucikan kota Roma, memberikan kesehatan serta mendatangkan kesuburan. Selain itu masyarakat Roma juga percaya bahwa hari raya ini merupakan bentuk penghormatan mereka bagi dewa Lupercus atau dewa kesuburan ladang dan ternak.
Selain itu di dalam mitologi Romawi, festival yang dilakukan juga untuk memberikan penghormatan bagi seekor serigala betina yang telah membesarkan Remus dan Romulus, yang merupakan pendiri dari kota Roma.
Ada juga sebuah kepercayaan terkait festival ini yang berkaitan dengan Satanism. Dimana festival ini dipercaya merupakan ritual persembahan bagi Lykaia, yang terkait dengan Dewa Pan. Dewa Pan sendiri hingga saat ini dipercaya sebagai simbol atau perwujudan setan karena berwujud manusia separuh kambing. Dalam festival ini, para pria akan menyembelih seekor kambing dan anjing dimana darahnya akan dioleskan oleh pendeta Romawi yang juga disebut Luperci. Hal ini dipercaya akan menadatangkan kesuburan terutama bagi kaum perempuan yang merupakan pasangan dari pria yang menerima olesan darah tersebut.
Fase kedua datang dari sebuah nama yang disebut serta lebih dipercaya banyak orang merupakan sejarah dari munculnya Valentine’s Day yaitu St.Valentine. Dari namanya saja sudah sama, begitu pemikiran kita. Valentine sendiri merupakan seorang pendeta Romawi bernama Valentine atau Valentinus, diakhir abad ke-3 yang saat itu Romawi dipimpin oleh Raja Klaudius II. Valentine meninggal akibat dipenggal karena dianggap melanggar aturan dari Raja Klaudius II. Pada akhirnya Valentine diangkat menjadi martir dan diberi gelar Santo karena kegigihannya dalam memberikan pembelajaran agama Katolik, mempertahankan imannya sebagai umat Katolik yang taat ditengah kejamnya kekaisaran Raja Klaudius II serta kepeduliannya terhadap fakir miskin dan penderita epilepsi.
Lalu apakah ada hubungannya Santo Valentine dengan hari kasih sayang ini hingga namanya dianggap sebagai pencetus hari cinta tersebut ? Hari kasih sayang yang jatuh pada tanggal 14 Februari konon dipercaya diambil dari hari meninggalnya Santo Valentinus setelah dipenggal oleh Raja Klaudius II.
Sebenarnya dari kedua fase ini tidak ada sama sekali unsur romantis, kasih sayang, dan kebahagiaan yang biasa ditampilkan dalam masyarakat dunia ketika merayakan hari kasih sayang. Namun sejarahwan mempercayai adanya suatu kisah bahagia sebelum Santo Valentinus meninggal yaitu Santo Valentinus sempat mempermandikan seseorang menjadi Katolik serta memberkati sebuah pernikahan dari pasangan secara katolik. Karena hal itulah hari Valentine di Roma mulai diperingati oleh masyarakat sebagai hari kematian Santo Valentine yang berhasil memberikan kehidupan dan iman kepercayaan bagi masayarakat Romawi kala itu.
Sementara simbol yang diciptakan masyarakat mulai dari coklat, surat cinta, bunga adalah simbol yang digunakan manusia sebagai media yang memiliki makna indah, alat berkomunikasi, wangi, dan manis. Bangsa Eropa akhirnya memulai tradisi mengirimkan surat cinta kepada pasangan atau seseorang yang disukai untuk berkomunikasi atau menyatakan perasaan mereka. Kala itu surat tersebut mulai dikirimkan dengan menggunakan jasa burung merpati. Hal ini dilakukan dari generasi ke generasi setiap tanggal 14 Februari hingga di zaman modern seperti saat ini tentunya dengan media yang berbeda dan lebih mudah.
Makna Hari Valentine di Indonesia Sangat “Dimiskinkan”.
Terlepas dari simpang siur ketidakpastian kebenaran dari sejarah terbentuknya Hari Valentine sendiri baik itu terkait Lupercellia atau Paganisme dan St.Valentinus. Gereja tidak memandang perayaan hari Valentine yang dilakukan umat Katolik dunia sekarang menjadi suatu yang negatif atau terlarang. Sebaliknya sekalipun hanya dilakukan setahun sekali yaitu menunjukan kasih sayang kepada orang lain, hal ini menjadi poin yang terbaik dan terpenting dalam hidup manusia. Walaupun jarangnya seseorang mengungkapkan rasa cinta kepada orang lain dan hanya di saat tertentu saja dilakukan, diharapkan ungkapan yang dilakukan pada hari Valentine sendiri dapat menjadi gerbang terbukanya hubungan baik antarsesama.
Di Indonesia sendiri memang lebih umum perayaan hari Valentine dilakukan oleh antarkaum muda. Sangat jarang dan cukup tabu dilakukan di Indonesia bahwa mengungkapkan perasaan cinta kepada orang tua bahkan keluarga. Hal ini memang dilakukan masyarakat Indonesia namun bukan di perayaan Hari Valentine, melainkan perayaan hari raya agama, hari ibu, dan hari ayah. Gereja sendiri memiliki harapan agar kaum muda di Indonesia juga dapat melakukan perayaan hari Valentine bersama dengan keluarga terutama orang tua.
Romo Denny sendiri bercerita saat dirinya berada di Filipina, dimana perayaan Hari Valentine di Filipina dilakukan oleh masyarakat seperti layaknya hari raya agama di Indonesia. Mereka mengungkapkan perasaan cinta kepada anggota keluarga terutama orang tua. Hal ini malah sudah menjadi tradisi yang terus diturunkan antargenerasi. Walaupun di Indonesia cukup jarang masyarakat yang mengungkapkan rasa cintanya kepada orang tua pada perayaan Hari Valentine, namun hal ini tentunya diharapkan dapat ditanamkan dan diturunkan mulai dari setiap keluarga kepada anak-anaknya.
Selain itu kaum muda di Filipina sendiri mengadakan kegiatan dengan membantu perayaan pernikahan secara massal untuk warga masyarakat yang kurang mampu. Hal ini juga yang menjadi cermin bagi kaum muda Indonesia untuk meneladani kegiatan bermanfaat tersebut di Indonesia. Lazimnya kaum muda di Indonesia merayakan Hari Valentine bersama pasangan dan teman-teman dengan pergi makan ke pusat perbelanjaan, atau bahkan ke club malam untuk bersenang-senang. Walaupun tidak semua kaum muda melakukan hal tersebut dan hal ini cenderung dilakukan di kota-kota besar. Namun pesan moral yang sebenarnya bisa diambil adalah dibandingkan mereka menghabiskan waktu dan uang untuk kesenangan sesaat, mungkin bisa dilakukan untuk hal yang lebih bermanfaat di masyarakat terutama untuk orang yang kurang beruntung.
Makna Hari Valentine Yang Seharusnya Bagi Kaum Muda.
Harapan gereja untuk kaum muda terutama di Indonesia adalah mau untuk memahami arti cinta sebenarnya. Wujud nyata dari ungkapan cinta setiap orang memang berbeda namun diharapkan kaum muda yang memiliki pasangan, atau yang sedang berharap untuk memiliki pasangan, bahkan kaum muda yang sudah siap untuk mengambil langkah ke jenjang pernikahan, agar mewujudkan cinta tersebut dalam keluarga kecil mereka terlebih dahulu. Hal ini akan mengarahkan kaum muda untuk menentukan arah dirinya menemukan cinta di luar keluarganya serta menemukan dan membentuk jati dirinya. Kaum muda juga akan lebih mudah menempatkan diri di masyarakat, mengelola diri dan perasaaan, serta mengungkapkan pengalaman,cinta dan kasih dengan cara yang pasti tepat.
Sebenarnya para kaum muda juga sudah melakukan ungkapan cinta setiap hari kepada sesama, yaitu dengan mengungkapkan ucapan maaf dan terima kasih. Sayangnya hal ini masih sangat jarang dilakukan kepada orang tua apalagi untuk hal-hal kecil. Sangat sulit kelihatannya kaum muda zaman sekarang mengucapkan terima kasih kepada orang tua untuk hal yang sederhana, apalagi permintaan maaf jika sudah membuat marah orang tua. Sekalipun hubungan anak dan orang tua akhirnya berbaikan setelah ada konflik kecil, namun sangat jarang anak mengungkapkan permintaan maaf baik dia salah ataupun benar. Orang tua memang tidak membutuhkan hal tersebut, namun ungkapan sekecilitu akan sangat membantu untuk mempertahankan hubungan sebuah keluarga dan menjadi lebih mudah untuk diturunkan ke generasi berikutnya.
Harapan ke depan adalah ungkapan cinta untuk kaum muda di Indonesia dapat dimulai dari keluarga kecil mereka dengan memperbanyak ungkapan rasa terima kasih dan permintaan maaf. Selanjutnya tentu lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tua tentu dengan cara yang menyenangkan. Barulah setelah itu kaum muda akan jauh lebih siap menyebarkan dan menerima cinta dari masyarakat karena bekal untuk dirinya dari keluarga sudah sangat kuat. (AL)
pemaparan yg baik dan cukup mencerahkan
berharap para pembaca terutama kaula muda smakin menyayangi para ortu nya dgn sikap dan tutur kata kominikasi yg lbh santun..
( salah satu ujud berterima kasih sekaligus permohonan maaf pd sang ortu..)
Terima Kasih Pak Julius! Tuhan memberkati!